(Kemerdekaan Palsoe) by Zaim Saidi, Baca Ini Baik-Baik.


“Kemerdekaan” sebuah negara bangsa adalah kemerekaan palsu. Ini tidak lain hanya perubahan bentuk kolonialisme. Substansi penindasannya tidak berubah: perampasan hak dasar memiliki harta dan kebebasan memilih alat tukar. Negara nasional adalah Debtorship.
1.    Pada tanggal tertentu setiap negara memperingati ”Hari Kemerdekaan”. Dikisahkan kemerdekaan itu dicapai melalui berbagai perjuangan panjang
2.    Ditulislah “Gerakan Kebangkitan Nasional’. Ada bukti-bukti rentetan peristiwa menuju merdeka: organisasi pergerakan, supah pemuda, dll
3.    Lalu diciptakanlah lambang-lambang dan simbol negara, berpuncak pada sebuah konstitusi atau Undang Undang Dasar, sebagai landasan “negara mereka’.
4.    Garis pemisah zaman pun ditarik tegas. Sebelum proklamasi disebut zaman ’prakemerdekaan’, dan sesudahnya adalah zaman ’kemerdekaan’.

 5.    Lalu dilabeli: yang pertama adalah penindasan dan penderitaan, kebodohan dan keterbelakangan; yang kedua kebebasan, kemajuan dan pembangunan
6.    Kehidupan bangsa kemudian seolah baru dimulai dari titik itu. Kehidupan sebelumnya beserta seluruh peradaban yang dihasilkan seolah berhenti.
7.    Peradaban lama masuk tong sampah sejarah. Kita mulai mengenali, dan mengakui, tokoh-tokoh baru, pergerakan nasional. Disebut ‘Pendiri bangsa”
8.    Pemimpin-pemimpin masyarakat, para Pengeran dan Sultan, di luar tokoh-tokoh pergerakan nasional itu, terlempar ke latar belakang sejarah.
9.    Wajah mereka sekadar menghiasi museum, atau lembar uang kertas, yang juga menjadi penanda utama lahirnya sebuah negara bangsa baru itu.
10.    Istana-oistana mereka dirampas, direndahkan derajatnya menjadi musium, bersamaan dengan itu terkubur pula tradisi masa lalu dan tumpas sudah masa depan
11.    Sultan-sultan yang kini masih ada secara politik ”ditiadakan”, dijadikan bagian dari ajang ”pariwisata dan budaya” semata.
12.    Lebih jauh dari itu kehidupan pun dibelah dua: zaman modern yang konon didasarkan kepada kebebasan, persamaan, dan persaudaraan
13.    Dan zaman tradisional yang digambarkan sebagai terbelakang, feodalistik, dan penuh dengan aneka penindasan.
14.    Era Kesultanan telah berakhir, Era Republik telah menggantikannya. Zaman pun terus bergerak maju secara linier. Kemerdekaan dan Pembangunan
15.    Tapi apa arti menjadi sebuah “Republik”? Arti menjadi “negara bangsa”? Betulkan “merdeka”?
16.    Kemerdekaan bangsa2, yg hampir serempak awal abad ke-20, terjadi di berbagai belahan bumi, sesungguhnya bukanlah sebuah gerakan spontan
17.    ”Kemerdekaan politik” yang susul-menyusul ini hanyalah perubahan bentuk dari sistem yang sama menindasnya, sejak dua abad sebelumnya.
18.    Revolusi Perancis (1789), menandai berakhirnya Kepemimpinan Personal (Personal Rule) digantikan Kekuasaan Sistem (System Rule)
19.    Ini juga bergantinya kekayaan, yang semula aset riil berupa tanah, serta koin emas/perak, njadi kekayaan semu, berupa uang kertas,
20.    Perubahan itu bukan sekadar pergantian bentuk, tapi juga pemilikan. Kekayaan riil semula dimiliki masyarakat kini numpuk di segelintir orang
21.    Dalam sistem ini, segelintir bankir ini, diberi hak menyulap kekayaan riil itu menjadi kertas dan bit kumputer yang seolah bernilai
22.    Dengan uang bit komputer yang mereka cetak dan dipaksakan berlaku umum para bankir dapat menguasai hampir seluruh sumber daya alami dunia
23.    Kebangkitan Nasional, diikuti lahirnya satu-persatu negara bangsa abad ke-20, termasuk NKRI, pengukuhan sistem baru yang menindas ini
24.    Sistem menindas ini dibangun, dijalankan, melalui lima teknik, hasilnya adalah kesadaran palsu “telah merdeka”.

25.    Pertama, pemberian ‘kemerdekaan politik’ dan memberikan kehormatan kepada ‘mantan kaum terjajah’ ini sebagai ’bangsa-nasional’ baru,
26.    Nomos Nusantara dicincang-cincang jadi belasan ”negara nasional” melalui btsn geografis artifisial: Malaysia, Indonesia, Singapura, dll
27.    Nomos Utsmaniah dicincang2 hasilkan negara2 bangsa di Timur Tengah dan Afrika – Lybia, Aljazair, Maroko, Sudan, Mesir, dll
28.    Nomos Moghul, di anak Benua India, tercabik menjadi minoritas di sebuah negeri penyembah batu dan gajah.
29.    Tidak lupa, pilitik minoritas, diciptakan, sbg bibit masalah di sejumlah negara: Muslim di Vietnam, thailand, Kamboja, Filipina, Burma
30.    Demi status dn kebanggaan, pada tiap ‘bangsa merdeka’ dibangun mitos dan ritus2 serupa: lagu kebangsaan, bndera nasional, lmbg negara
31.    Identitas nasional yg memecah belah gantikan identitas agama yg memeprsatukan. Konstitusi gantikan wahyu ilahi
32.    Teknik kedua pendefinisian ‘bangsa-bangsa baru’ ini, meski merdeka, sebagai ‘ bangsa terbelakang, miskin, berpenyakit, dan bodoh’.
33.    Maka, selain ilusi gelora nasionalisme diwariskan kepada bangsa baru ini dua sihir lain, uang kertas dan bank sentral,
34.    Uang kertas dan bank sentral – warisan RevolusiPerancis di atas – mengganti bedil, meriam, serta serdadu2 beserta Gubernur Jenderalnya
35.    Inilah modus baru untuk ekspansi kapital, yang tidak lagi berupa koin emas dan perak, melainkan uang kertas – melalui cara-cara ribawi.
36.    Neokolonialisme, menemukan bentuknya yang lebih tak kentara tetapi efektifit hampir sempurna. Kita dapat menyebutnya sebagai bankisme.
37.    NKRI, mengalami hal yang sama, dibuktikan dg kelahiran BI dan rupiah, gantikan BNI 46 dan ORI . Detilnya baca http://t.co/WrtKiK2V1F
38.    Teknik ketiga pemberian ‘paket bantuan pembangunan’, agar terbebas dr kondisi ‘terbelakang, miskin dan bodoh’. Dilabel Dunia Ketiga
39.    Disediakan ‘paket bantuan’, termasuk beasiwa segelintir elit untuk belajr ‘ekonomi pembangunan’, ‘manajemen pemerintahan’; ‪#‎MafiaBerkeley
40.    Pinjaman lunak dan bantuan pembangunan’, lewat lokomotifnya IMF dan Bank Pembangunan/Bank Dunia), menjadi rutin buat APBN
41.    Dengan dipaksa mengambilalih utang Hindia Belanda, yang cuma 4 Milyar dollar, hari ini sdh jadi 300 Milyar USD. Utang kita di atas 4000 T
42.    Sementara kurs USD dulu Rp 3.8/USD, sekarang Rp10.000. Emas dulku Rp 2/gr, hari ini Rp 570.000/gr.
43.    Teknik keempat pengukuhan pada aras politik. Untuk memastikan tatanan status quo maka demokrasi diterapkan sebagai mesin kekuasaan
44.    Demokrasi memastikan pemerintahan tanpa otoritas, pembatasan domain politik pd tingkat ‘nasional’ hilang kontrol atas sumber kekuasaan
45.    Sumber kekuasaan yang sebenarnya, yakni uang yang berada dalam wilayah supranasional, di tangan jaringan oligarki bankir
46.    Presiden atau Perdana Menteri, dan DPR, yang dipilih secara demokratis, tak lain sepenuhnya boneka Oligarki Bankir internasional itu
47.    Tugas pemerintah hanya menyerap utang-berbunga bank (dan habiskan lewat APBN ) dan memajaki rakyat untuk mencicil utang-abadi ‪#‎Rp4000T
48.    Teknik kelima adalah perbudakan itu sendiri. Tiap warga negara dikontrol penuh pengadministrasian penduduk, tuk bayr pajak dan utang
49.    Didahului dg penjualan aset, swastanisasi layanan sosial, ringkasnya transformasi pemilikan sosial kepada pemilikan oligarki bankirWarga negara ditransformasikan bertahap, dari manusia2 otonom merdeka dengan kebebasan individu berubah menjadi buruh yang bergaji rendah,Lantas jadi konsumen tuk serap semua produk yang dibuatnya sendiri selaku buruh tadi, dan terakhir menjadi debitur ‪#‎UtangPublik
50.    Dan tentu saja, pada saat bersamaan, sebagai wajib pajak. Inilah penindasan baru, debtorship, dibalik mitos kemerdekaan sebagai bangsa
51.    Pada titik ini negara-bangsa itu sendiri telah menjadi tidak relevan. Selurh penduduk dunia dikendalikan oligarki bankir internasional
52.    Presiden, perdana menteri, ’wakil rakyat’, sepenuhnya menjadi benteng pelindung bagi penguasa sejati di balik layar: segelintir bankir
53.    So, selamat rayakan ‘ilusi kebebasan’ ‘kemerdekaan palsu’. Mau merdeka sejati? Tusuk jantungnya. Tinggalkan uang kertas dan bank. End

(Zaim Saidi0


Sumber : jurnalmuslim.com

0 Response to "(Kemerdekaan Palsoe) by Zaim Saidi, Baca Ini Baik-Baik."

Posting Komentar